Monday, June 30, 2008

LoveFirst Ministry - 1/2

Tulisan ini merupakan rentetan pemikiran saya akan sejatinya sebuah gereja seharusnya menjadi. Semuanya bermula dari sebuah kekecewaan saya akan institusi gereja. Sepasang kekasih yang ternyata hamil di luar nikah mengharapkan gereja dapat membantu menikahkan mereka. Namun, kebijakan gereja adalah mereka tidak dapat diberkati di gereja karena [1] keduanya bukan merupakan anggota jemaat “resmi” dan [2] karena mereka telah melanggar kekudusan Allah dengan perbuatan seks di luar nikah yang mereka lakukan. Kenyataannya, saya termasuk orang yang menyetujui kebijakan ini—sebelumnya. Namun, sebuah rasa yang berbeda tiba-tiba menggelitik benak sewaktu sebuah pertanyaan (entah darimana) muncul, “Jika kedua pasangan ini meminta bantuan kepada Tuhan Yesus, apa yang akan Tuhan Yesus lakukan? Mungkinkah Tuhan Yesus menolak mereka karena dosa mereka?”

Bang! Sebuah palu rasanya dipukulkan di kepala saya.

Dan sejak saat itu saya terus memikirkan sebuah bentuk pelayanan “ideal” yang lebih sesuai dengan hati Tuhan. Mungkin, terdengar sedikit angkuh karena seolah-olah menilai banyak institusi gereja yang selama ini ada tidak sesuai dengan hati Tuhan. Tetapi… saya hanya ingin memikirkan sebuah pelayanan yang lebih baik. Saya tidak bermaksud mendiskreditkan gereja mana pun dengan pemikiran ini.

December 19th, 2004 [01.34]
Mengapa LoveFirst?
Saat ini terlalu banyak gereja yang lebih memusingkan masalah finansial dan birokrasi daripada melakukan kasih. “Kita tidak mungkin membantu perempuan tua yang tidak jelas asalnya itu karena jemaat kita sendiri banyak yang membutuhkan” atau, “Janganlah membagikan nasi bungkus di jalanan, nanti akan ada banyak orang yang datang ke gereja kita untuk meminta-minta terus. Kalau tidak dapat mereka mungkin saja melempari dan membakar gereja.”

Terlalu banyak khotbah mengenai kasih yang telah dibagikan namun gereja-gereja Tuhan telah kehilangan orientasi untuk melakukan kasih. Secara jujur, saya sendiri banyak mengkhotbahkan mengenai kasih, namun saya tidak terlalu yakin bahwa saya sudah melakukan banyak kasih sebagaimana yang sepatutnya saya berikan.

Konsep kasih dapat dikatakan merupakan dasar keberadaan orang percaya, dasar kebangunan gereja, dan dasar kebangunan kebenaran Allah; namun, kebanyakan gereja telah berhenti pada sekadar konsep—kurang mengaplikasikannya dalam keseharian.

Kebanyakan gereja pada akhirnya lebih berfokus pada program yang diupayakan mengakomodasi semua harapan sebagian orang (majelis, pengurus, ambisi hamba Tuhan); dan dengan demikian, sadar-tidak-sadar mengenyampingkan tindakan kasih yang nyata bagi pribadi-pribadi (anggota jemaat dan juga mereka yang belum percaya).

Beberapa gereja terlalu menekankan pentingnya doktrin gereja yang dianggap paling “sempurna-benar’” dan kehilangan implementasi nilai kebenaran gereja yang real.

Beberapa gereja sangat menekankan kekudusan dan menolak memberikan pengampunan dan penggembalaan khusus bagi jemaat yang memiliki dosa yang kebetulan nampak “di permukaan.” Katakan saja mengenai masalah pernikahan yang diadakan bagi mereka yang terjebak hamil di luar nikah.

LoveFirst—daripada memikirkan apa, bagaimana, kapan, di mana, siapa yang ditolong, mengapa harus menolong; lakukan dan wujudnyatakan saja kasih seketika bagi mereka yang membutuhkan. LoveFirst—utamakan kasih; melakukan kasih sebagai yang tujuan pelayanan umat Tuhan yang utama. LoveFirst—kasih lebih dulu. Sebab… kasih selalu benar!

“Mengapa gurumu makan bersama dengan pemungut cukai dan pendosa?” Yesus mendengarnya dan berkata, “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”—Matius 9:11-13; Markus 2:17; Lukas 5:32, “…Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa supaya mereka bertobat.”

“Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku… Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.”—Matius 25:35-36,40.

Saya berusia 24 tahun, fresh graduate dari sebuah seminari yang melatih dan mengajar saya banyak hal tentang kebenaran firman Tuhan. Saya penuh dengan impian. Namun kebanyakan impian pelayanan saya belakangan kandas dalam gereja yang saya layani; home-church saya sendiri. Beberapa menganggap saya sebagai hamba Tuhan yang idealis—masih terlalu muda, belum berpengalaman, belum berhadapan dengan banyak orang. Dan saya pun mulai bertanya kepada Tuhan, apakah saya terlalu idealis? Ya, saya sempat down dan merasa benarlah bahwa saya terlalu idealis dan harus menahan diri.

Namun tidak bertahan lama, pertanyaan yang selanjutnya menjadi pergumulan saya adalah,
Tuhan, bagaimana keteladanan kasih yang Tuhan ajarkan bagi gereja Tuhan seharusnya?
Apakah kasih yang ideal itu memang perlu direduksi dengan banyak alasan logis-rasional?
Tidakkah kasih sesungguhnya kasih yang Tuhan teladankan itu sebenarnya idealis juga?
Apakah kasih dapat disebut sebagai kasih jika masih memiliki alasan untuk “menahan” kasih?
Apakah kami yang disebut sebagai ahli waris Tuhan layak mereduksi nilai ideal kasih dalam hidup kami?

Doa saya pada akhirnya…
“Tuhan, tolonglah saya menjadi agen kasih Tuhan yang lebih baik bagi dunia ini—bagi siapa pun yang Tuhan ijinkan saya temui.”

Saya berusia 24 tahun ketika menulis ini sekarang. Saya mulai menulis pukul setengah dua, sekarang sudah pukul tiga lebih namun otak saya terus memikirkan begitu banyak mengenai pelayanan ini. LoveFirst. Saya tahu saya tidak akan bisa tidur jika tidak menuangkan semua apa yang saya pikirkan pada tulisan.

Inilah yang saya pikirkan…
LoveFirst akan berusaha menjalin kerjasama dengan gereja-gereja—khususnya dalam hal penanganan kasus khusus yang dirasa sulit oleh gereja. Pelayanan yang perlu dikerjakan cepat bagi orang yang membutuhkan, misalnya. Daripada mati menunggu birokrasi dalam gereja; ijinkan LoveFirst menanganinya sebagai mitra gereja. Dengan demikian LoveFirst juga perlu menunjukkan itikad baik untuk tidak menarik anggota gereja apa pun lebih memihak kepada LoveFirst. LoveFirst hanya akan mengadakan sebuah persekutuan doa setiap minggunya untuk berdoa bagi pelayanan LoveFirst—juga berdoa bagi mereka yang sedang dalam penanganan LoveFirst.

LoveFirst akan bergerak sebagai persekutuan, bukan menjadi pengganti gereja. Akan dibutuhkan pendirian yayasan resmi sebagai badan hukum yang sah untuk mengerjakan pelayanan ini. Statusnya mungkin dapat berupa pelayanan sosial.

LoveFirst akan menggelar kampanye “LoveFirst” ke gereja-gereja untuk menjelaskan mengenai pentingnya melakukan kasih daripada sekadar memahami dan menikmati kasih.

Untuk mendapatkan dukungan dan support dari orang banyak, perlu dibuat adanya sebuah blue-print yang compact namun detil mengenai alasan mengapa pelayanan ini penting untuk segera dimulai. Buatlah semacam “proposal” atau pamflet untuk memperkenalkan pelayanan ini kepada orang banyak.

Tulislah sebuah buku dengan judul yang sama, “LoveFirst,” sebagai pemotivasi dan bahan refleksi bagi gereja-gereja Tuhan di Indonesia. Mungkin dapat juga membuat sebuah seri buku “LoveFirst” untuk diaplikasikan dalam aspek hidup yang berbeda (selain kehidupan pelayanan gereja), misalnya, dalam konteks relasi orangtua-anak, suami-istri, kekasih yang akan menikah, dll.

Dengan blue-print yang ada mulailah untuk mencari dukungan dari berbagai pihak untuk memulai pelayanan ini. Pada prinsipnya, semua orang dapat memberikan apapun yang dapat diberikan untuk mendukung pelayanan ini. Mereka yang memiliki usaha musik dan sound-system dapat mempersembahkan pemakaian alatnya untuk pertemuan di gedung. Mereka yang memiliki ruko/rumah lebih dapat meminjamkannya kepada LoveFirst untuk digunakan sebagai LoveFirst Ministry Centre. Dapat memberikan persembahan dana, tenaga, waktu, jam doa, dsb.

LoveFirst dapat juga dikembangkan sebagai jaringan ke kota-kota lain.

Iklankan di media massa Kristen untuk merekrut anak-anak Tuhan yang mau mendukung pelayanan ini—tanpa tunjangan tetap, bersedia berlelah demi pelayanan Tuhan, bersedia menerima kesalahpahaman dari orang lain, berani berhadapan dengan resiko kelaparan demi Tuhan. Iklankan!!

[1/2]

No comments: